|
Prancis identik dengan kota Paris-nya yang menjadi kiblat mode dunia. Tak hanya itu, sebenarnya Frankland masih memiliki sejuta pesona, termasuk yang tersimpan disetiap sudut kota Toulouse. Pink city begitu orang memberikan julukan.
Toulouse, kota kecil di Prancis memang tidak terlalu dikenal. Namun ibukota daerah Midi Pyrénées ini terbukti cukup besar untuk menampung banjirnya warga pendatang. Belakangan, sekitar satu juta jiwa tercatat menjejali Toulouse. Tak perlu mencari data statistik untuk melihat betapa beragamnya warga Toulouse, karena tak hanya orang Eropa, orang Asia dan Afrika berbaur menjadi satu keluarga.
Lalu, ke mana mestinya berwisata di Toulouse? Memang tak terlalu banyak objek wisata yang bisa dilihat. Tetapi dijamin akan ada keasyikan tersendiri saat menyusuri pusat kota sambil menyimak perjalanan sejarah kota yang terletak di Barat Daya Prancis ini.
Dari waktu ke waktu, wajah Toulouse memang tak banyak berubah. Padahal, kota ini pernah diduduki Celtic, Romawi, dan Jerman. Bangunan-bangunan tua yang bisa dipastikan terbuat dari batu bata merah berdiri kokoh di seluruh penjuru kota. Dari situ pula Toulouse mendapatkan julukan sebagai pink city.
Capitolium menjadi bukti betapa berharganya batu bata merah bagi warga Toulouse. Terletak di dataran rendah dekat sungai Garrone, penduduk Toulouse mengandalkan tanah liat sebagai bahan bangunan.
Batu putih dan koral termasuk barang mewah di Toulouse. Hanya orang berpunya saja yang bisa membelinya. Orang berkantong tebal bisa keluar kota ke arah pegunungan untuk membeli dan memboyong pulang bahan bangunan kembali ke Toulouse. Bahkan, batu putih telah menjadi simbol kekayaan di kota ini.
Untuk mengamati keindahan kota Toulouse, berjalan kaki di sekeliling Capitolium bisa menjadi pilihan tepat. Tak jauh dari sana, berdiri salah satu bangunan penting bagi sebagian besar warga kota, Gereja Saint Sernin Basilica. Bangunan dengan menara setinggi 65 meter ini menjadi saksi bisu perjalanan kekatolikan warga setempat.
Menurut cerita, dulu hampir semua warga Toulouse menganut Katolik. Seiring banyaknya pendatang, jumlah itu merosot dan kini Islam menjadi agama dengan jumlah penganut terbesar kedua di kota tersebut. Meski begitu, kota ini juga menjadi saksi bisu lunturnya peran agama dalam kehidupan keseharian warganya. Rumah ibadah tak seramai hari-hari silam karena menjamurnya penganut atheis.
Sekitar 10 menit berjalan kaki dari Gereja Saint Sernin Basilicia, wisatawan akan menemukan sungai Garrone nan menawan. Sungai ini mengalir melintasi Toulouse menuju Bordeaux sebelum akhirnya bermuara di lautan Atlantik. Ada dua jembatan yang membentang di atasnya. Salah satunya dibangun pada abad ke-17.
Sumber : http://www.surabayapost.co.id