Selasa, 03 Agustus 2010

Ciri Khas Budaya Adat Perang Ketupat Di Tempilang

Do you want to share?

Do you like this story?


Topik Hari ini GOKIEL ABIEZ Yaitu mengenai":Tempilang – Perayaan Perang Ketupat yang merupakan kebudayaan adat khas Bangka Barat yang diadakan sebagai Acara tahunan di Tempilang berlangsung ramai, walaupun area di guyur hujan tetap tidak membuat pengunjung menyusut.

Pengunjung yang tumpah ruah memadati tenda-tenda untuk berteduh demi melihat penampilan tarian pembukaan, yang kemudian acara di buka oleh Ketua Panitia Sahanan Ali dan diikuti oleh Gubernur yang diwakili oleh Assisten I Ir. H. Syahrudin, dimana acara kegiatan Gebyar Wisata Seni Dan Budaya Pesta Adat Perang Ketupat Dan Sedekah Ruwah Tempilang 2010 berlangsung di Pantai Pasir Kuning Kecamatan Tempilang, minggu (1/08/2010).

Upacara adat ini pertama sekali dilakukan pada zaman urang lom, yaitu suatu zaman dimana masyarakatnya belum mengenal baca tulis dan agama. Pada zaman ini masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Oleh karena itu ritual upacara adat ini sangat sarat dengan kepercayaan masyarakat pada waktu itu.

Pada kesempatan tersebut Sahanan Ali menjelaskan ”Yang dilakukan oleh masyarakat Tempilang saat ini bukan bertujuan untuk mengikuti ajaran agama para leluhur, melainkan hanya untuk melestarikan kebudayaan nenek moyang masyarakat Tempilang pada waktu itu, karena tanpa adanya usaha kita melestarikan kebudayaan itu, maka kebudayaan di negara kita berangsur-angsur akan menghilang,” jelas Sahanan.

Perang Ketupat ini merupakan salah satu ritual upacara masyarakat Tempilang (Kabupaten Bangka Barat). Upacara ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di daratan. Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus yang bertabiat baik dan menjadi penjaga desa dari roh-roh jahat. Oleh Karena itu, mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.

Dalam hal ini ada sebagian kecil masyarakat di pulau Bangka tidak menghendaki dilangsungkannya upacara adat ini namun tujuan upacara adat ini tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja, melainkan dari berbagai sisi. ”Padahal masyarakat dunia mengenal bangsa kita kaya akan budayanya. Itulah sebabnya kami setiap tahun melaksanakan upacara adat ini agar generasi mendatang juga dapat masih mengenal budaya nenek moyangnya,” tambah Sahanan saat acara penyambutan.

Ir. H. Syahrudin juga menyampaikan ”Dengan adanya kegiatan acara adat seperti ini merupakan hal yang baik di provinsi Bangka Belitung sebagai kalender tahunan Kabupaten dan Provinsi, yang bisa dilihat tahun lalu di televisi ditampilkannya Perang Ketupat dilaksanakan hanya di Tempilang dan tidak ada di tempat yang lain, hal ini menjadi erat hubungannya dengan kunjungan wisata sebagaimana diketahui bahwa pada tanggal 28 Desember 2009 yang lalu Menteri Kebudayaan dan Pariwisata telah mencanangkan visit Babel Archipelago 2010 yang menjadi tujuan destinasi wisata setelah pulau Bali dan pulau Lombok. Atas hal ini kita patut berbangga,” ucap Syahrudin.

”Selain itu pesta adat ini bisa menjadi ajang silaturahmi antara tokoh agama dan tokoh masyarakat yang pada waktu-waktu tertentu mungkin kita tidak bisa berkumpul bersama-sama disini. Dan untuk permintaan masyarakat Tempilang mengenai perbaikan jalan dari Pangkalpinang menuju Tempilang akan kami sampaikan kepada Gubernur supaya hal ini dapat menjadi perhatian,” ujarnya kepada masyarakat Tempilang.

Sebelum perang ketupat dimulai, sang dukun Keman memulai ritualnya, ia bertugas sebagai pelindung acara. Permulaan perang ketupat dilakukan oleh murid-murid perguruan silat mawar putih, yang kemudian untuk di ronde kedua dilaksanakan oleh orang-orang luar, dimana kubu kiri yang menghadap laut berpakaian coklat, dan kubu kanan gabungan kuning dan biru yang menghadap darat, dan acara ini dimenangkan oleh kubu coklat. Kegiatan acara ini turut dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Barat Choirul Amri yang mewakili Bupati Bangka Barat.

Sumber : http://photobangkabelitung.com


YOU MIGHT ALSO LIKE

Advertisements

Advertisements