Minggu, 25 Juli 2010

Wow Kuliah Gratis Di Dunia Maya

Do you want to share?

Do you like this story?

Hari ini Gokiel Abiez berkata mengenai":KOMPAS.com — Dahulu kala nenek moyang mencari wangsit dengan bertapa di goa, lalu pada masa modern orang mendapat pencerahan lewat buku bacaan. Kini, ketika teknologi informasi kian canggih, kita bisa memperolehnya dengan instan lewat jaringan sosial di dunia maya seperti Twitter.

Demikian serentetan kiriman Goenawan Mohamad, penyair dan cendekiawan, di jaringan sosial maya Twitter selama dua hari, pertengahan Juli lalu. Pesan itu dikemas dalam pesan tak lebih dari 140 karakter. Saat disatukan, dengan jumlah total 109 kiriman, terbaca adanya gagasan utuh yang relevan untuk menanggapi situasi inteleransi di negeri ini.

Catatan itu bisa kita tafsirkan lebih luas. Bukankah masyarakat di sini juga kerap melakukan kekerasan atau penghakiman atas nama Tuhan dan agama, sebagaimana di Perancis abad pertengahan itu? Padahal, segala perbedaan itu semestinya membuat hidup lebih dinamis dan indah.

Harap diingat, catatan ini bukan ditulis di halaman buku atau disampaikan seorang dosen ruang kuliah atau pembicara di ruang seminar. Teks-teks itu terpampang di halaman Twitter, microblogging dunia maya yang kian digemari di Indonesia. Mungkin lantaran mirip kuliah, catatan itu dikenal sebagai kuliah Twitter atau kultwitt.

Kini, kultwitt menjadi alternatif pencerahan yang tak kalah ketimbang duduk di bangku universitas sambil mendengarkan ceramah dosen. Apalagi, kuliah dunia maya ini lebih bebas. Kita tinggal mengakses internet (entah lewat telepon genggam, komputer, atau laptop), membuka Twitter, lantas mengunduh sendiri materi yang menarik.

Seiring bertambahnya jumlah pengguna Twitter, kini materi kultwitt semakin beragam. Ada pesan-pesan agama dari Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Jakarta, gagasan liberal Ulil Abshar Abdalla, atau amatan politik Wimar Witoelar. Ada juga catatan ekonomi dari Poltak Hotradero, atau sastra mini dari Agus Noor, Eka Kurniawan, dan Clara Ng.

”Sharing”

Kenapa kaum intelektual yang sibuk itu tertarik untuk aktif di Twitter? Goenawan Mohamad mengaku kerap menulis, membuat puisi, sering baca buku, atau menyimpan berbagai gagasan lain. ”Saya ingin membagi semua itu kepada banyak orang,” katanya.

Sejak nyemplung dalam Twitter akhir 2009, pemilik akun (at)gm_gm dengan pengikut (follower) 16.116 orang itu aktif berbagi. Mulai dari pembelaan pada mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani (yang dipojokkan lantaran kebijakan memberi bantuan dana talangan alias bail out kepada Bank Century), bahasa Indonesia, Bung Karno, serta seputar filsuf Perancis Voltaire seperti dikutip di atas.

Bagi Komaruddin Hidayat, Twitter memang patut jadi ajang untuk sharing secara moral intelektual. Dalam sehari, dia bisa mengirimkan 10 kali pesan. Kegiatan itu dilakoni terutama saat dia dalam mobil dan terjebak macet.

”Twitter bukan mengurangi kegiatan, tapi memanfaatkan waktu untuk sharing,” kata pemilik akun (at)komar_hidayat dengan pengikut 5.419 orang itu.

Lelaki ini banyak mengirim catatan tentang filsafat dalam agama. Dia berusaha menjelaskan bahwa ada banyak aspek dalam agama, seperti ritual, ketuhanan, kerasulan, kitab suci, etika, atau sosial. Ekspresi orang beragama pun beragam. ”Dengan pemahaman ini, saya berharap orang akan lebih menghargai keberagamaan,” katanya.

Tak hanya kalangan intelektual, bahkan pejabat seperti Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring juga mau berbagi lewat Twitter. ”Saya ingin berkomunikasi dengan kalangan bawah dan penggiat online dunia maya, mendengarkan aspirasi mereka, menjawab berbagai pertanyaan, sekaligus menyampaikan pesan-pesan moral,” katanya.

Bagaimana seorang menteri meluangkan waktu untuk Twitter? ”Pagi hari biasanya saya mengirimkan pesan semangat, siang jawab pertanyaan-pertanyaan, malam mengutip masalah-masalah cinta,” katanya.

Pencerahan

Dengan suguhan bermacam tema tadi, para pengguna Twitter kini bisa memanen berbagai informasi, gagasan, pesan, atau catatan dari banyak tokoh. Bagi sebagian orang, semua itu bisa memberi pencerahan. Setidaknya begitulah yang dirasakan Fahira Idris, pengusaha parsel dan klub menembak.

”Twitter adalah dunia baru, tempat di mana saya berkontemplasi dan sungguh-sungguh banyak belajar ilmu kehidupan. Saya bisa menyerap pesan dari para tokoh intelektual terkenal,” katanya. Kini, Fahira juga ikut aktif mengirim petuah-petuah pedoman hidup.

Menurut Wicaksono, blogger dan penggiat online, Twitter memang bisa menjadi kanal pertukaran informasi dan diskusi yang bermanfaat bagi masyarakat. ”Lewat Twitter, kita bisa membicarakan topik-topik yang tak tersentuh media umum, seperti koran, majalah, atau televisi,” katanya.

Kenapa bisa begitu? ”Karena Twitter menjembatani pertukaran informasi dengan cepat, murah, dan menjangkau semua kalangan tanpa batas,” kata Ono W Purbo, pengamat teknologi informasi.

Hanya, kata dia, sebaiknya kita jangan hanya jadi konsumen pengguna teknologi dan hanya menjadi pasar produk-produk tadi. ”Kita juga mesti memanfaatkannya untuk menumbuhkan kreativitas kita sendiri,” katanya. (Putu Fajar Arcana/Budi Suwarna)

Sumber : megapolitan.kompas.com

YOU MIGHT ALSO LIKE

Advertisements

Advertisements