Topik Hari ini GOKIEL ABIEZ Yaitu mengenai":YOGYAKARTA, KOMPAS - Warga Jepang, Ryoh Matsumoto (83), mengembangkan wayang kulit menjadi ragam wayang baru yang disebutnya wayang Kyokai. Beragam jenis wayang berbagai daerah di Pulau Jawa digabungkan. Pengembangan juga dilakukan dari segi artistik.
Wayang Kyokai Jepang disajikan dalam Gelar Ragam Wayang yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY di nDalem Yudoningratan, Selasa (27/7) malam. Mengambil lakon Samudera, Samudera, pertunjukan dengan tokoh utama Togog ini mengisahkan kegundahan akan perang yang terus berkecamuk di dunia. Cerita berdurasi 1,5 jam itu juga menampilkan Bilung serta percakapan antara Semar dan Batara Guru. Tokoh-tokoh ini ditampilkan dengan wayang gaya Yogyakarta, Cirebon, dan Solo.
Naskah Samudera, Samudera merupakan pengembangan kisah wayang purwa yang ditulis Ryoh sendiri. Di Yogyakarta, naskah ini dipentaskan enam kali sejak 2005. Selain tokoh-tokoh yang dikenal dalam wayang purwa, Ryoh juga menampilkan sejumlah tokoh dari cerita rakyat Jepang, di antaranya Boozu, jin, dan serigala. Pementasan ini juga menggunakan gunungan Jepang yang lebih kecil dan berwarna-warni dari gunungan versi Jawa.
Pertunjukan wayang Kyokai Jepang menampilkan tiga dalang sekaligus. Pementasan menggunakan tata artistik modern, yaitu rekaman pengganti suara dalang. "Tugas dalang hanya memainkan wayang," kata Ryoh.
Ryoh mulai mengenal pertunjukan wayang kulit saat datang ke Indonesia sebagai turis pada 1968. Sejak melihat wayang, Ryoh sangat menyukai filosofi pertunjukan wayang. Sejak saat itu, Ryoh yang masih tinggal di Tokyo, Jepang, itu mempelajari berbagai ragam wayang di Pulau Jawa.
Ki Ledjar
Selama 42 tahun mempelajari wayang, Ryoh sempat berguru pada dalang terkenal Ki Nartosabdo. Dari Ki Nartosabdo, Ryoh mempelajari teknik sabetan dan makna filosofis wayang purwa. Ia juga sering bertukar pikiran dengan seniman wayang Yogyakarta Ki Sukasman dalam pengembangan pertunjukan wayang.
Saat ini, Ryoh memimpin perkumpulan pencinta wayang Kyokai (Nihon Wayang Kyokai) di Jepang. Sejumlah wayang yang dia gunakan dipesan dari dalang dan pembuat wayang kancil Ki Ledjar Subroto.
Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DIY Nursatwika mengatakan, pementasan wayang Kyokai Jepang dimaksudkan menunjukkan kepada masyarakat banyaknya ragam wayang di luar wayang kulit yang berkembang saat ini. "Mungkin tak banyak masyarakat yang tahu bahwa wayang juga dikembangkan di luar negeri. Sedang di dalam negeri sendiri, pertunjukan wayang kurang diminati," tuturnya.
Selain wayang Kyokai Jepang, ragam wayang yang berlangsung 26-30 Juli juga menampilkan wayang sasak dari Nusa Tenggara Barat, wayang golek cepak dari Cirebon, wayang wahyu dari Yogyakarta, dan wayang Madura. Tahun lalu, ragam wayang menyajikan, antara lain, wayang beber dan wayang gethuk dari Magelang. Pertunjukan berbagai ragam wayang ini diharapkan menambah pengetahuan dan menarik minat masyarakat terhadap wayang. (IRE)
Sumber : cetak.kompas.com
Wayang Kyokai Jepang disajikan dalam Gelar Ragam Wayang yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY di nDalem Yudoningratan, Selasa (27/7) malam. Mengambil lakon Samudera, Samudera, pertunjukan dengan tokoh utama Togog ini mengisahkan kegundahan akan perang yang terus berkecamuk di dunia. Cerita berdurasi 1,5 jam itu juga menampilkan Bilung serta percakapan antara Semar dan Batara Guru. Tokoh-tokoh ini ditampilkan dengan wayang gaya Yogyakarta, Cirebon, dan Solo.
Naskah Samudera, Samudera merupakan pengembangan kisah wayang purwa yang ditulis Ryoh sendiri. Di Yogyakarta, naskah ini dipentaskan enam kali sejak 2005. Selain tokoh-tokoh yang dikenal dalam wayang purwa, Ryoh juga menampilkan sejumlah tokoh dari cerita rakyat Jepang, di antaranya Boozu, jin, dan serigala. Pementasan ini juga menggunakan gunungan Jepang yang lebih kecil dan berwarna-warni dari gunungan versi Jawa.
Pertunjukan wayang Kyokai Jepang menampilkan tiga dalang sekaligus. Pementasan menggunakan tata artistik modern, yaitu rekaman pengganti suara dalang. "Tugas dalang hanya memainkan wayang," kata Ryoh.
Ryoh mulai mengenal pertunjukan wayang kulit saat datang ke Indonesia sebagai turis pada 1968. Sejak melihat wayang, Ryoh sangat menyukai filosofi pertunjukan wayang. Sejak saat itu, Ryoh yang masih tinggal di Tokyo, Jepang, itu mempelajari berbagai ragam wayang di Pulau Jawa.
Ki Ledjar
Selama 42 tahun mempelajari wayang, Ryoh sempat berguru pada dalang terkenal Ki Nartosabdo. Dari Ki Nartosabdo, Ryoh mempelajari teknik sabetan dan makna filosofis wayang purwa. Ia juga sering bertukar pikiran dengan seniman wayang Yogyakarta Ki Sukasman dalam pengembangan pertunjukan wayang.
Saat ini, Ryoh memimpin perkumpulan pencinta wayang Kyokai (Nihon Wayang Kyokai) di Jepang. Sejumlah wayang yang dia gunakan dipesan dari dalang dan pembuat wayang kancil Ki Ledjar Subroto.
Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DIY Nursatwika mengatakan, pementasan wayang Kyokai Jepang dimaksudkan menunjukkan kepada masyarakat banyaknya ragam wayang di luar wayang kulit yang berkembang saat ini. "Mungkin tak banyak masyarakat yang tahu bahwa wayang juga dikembangkan di luar negeri. Sedang di dalam negeri sendiri, pertunjukan wayang kurang diminati," tuturnya.
Selain wayang Kyokai Jepang, ragam wayang yang berlangsung 26-30 Juli juga menampilkan wayang sasak dari Nusa Tenggara Barat, wayang golek cepak dari Cirebon, wayang wahyu dari Yogyakarta, dan wayang Madura. Tahun lalu, ragam wayang menyajikan, antara lain, wayang beber dan wayang gethuk dari Magelang. Pertunjukan berbagai ragam wayang ini diharapkan menambah pengetahuan dan menarik minat masyarakat terhadap wayang. (IRE)
Sumber : cetak.kompas.com