Air mata dapat mewakili ungkapan emosi seseorang, kelompok, masyarakat, bangsa bahkan antar bangsa. Tengoklah saja melalui layar kaca belakangan ini kala berlangsung laga sepak bola Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan. Linangan air mata yang meleleh di pipi para penonton sepak bola itu merefleksikan keadaan duka cita atau suka cita. Barangkali pembaca yang tengah asyik menonton tayangan dimaksud mengalami hal serupa. Fenomena ini saya namakan Air Mata Sepak Bola.
Empat tahun silam, pada laga Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman, Italia di final turnamen keluar sebagai jawara setelah mengalahkan Perancis lewat adu finalti. Senyum kemenangan mengembang di bibir banyak publik dan fans sepakbola Italia. Tim kesebelasan yang menang menyunggingkan senyuman. Pada saat sama air mata tak sedikit mengucur didalamnya. Beda tipisnya, lelehan air mata, milik bagi pemenang maupun pecundang.Air mata yang menetes pada para penonton sepak bola bisa berarti simbol dari kekecewaan karena tim jagoannya kalah. Namun dapat bermakna pula ia penanda rasa haru akan keberhasilan suatu tim meraih kemenangan. Namun demikian, drama akhir laga sepak bola bukan semata-mata soal kalah atau menang.
***
Dalam keseharian, di luar soal sepak bola, kita juga bisa menyaksikan bahwa air mata dapat menjadi senjata sekaligus alat pertahanan diri. Bagi yang lihai memanfaatkannya, Air Mata merupakan alat untuk memuji dan berterima kasih.
Pada sebagian orang, keberadaan air mata begitu nikmat dan menenangkan. Laksana air nan mengendap delapan tahun lamanya (koyo banyu wayu sewindu lawase). Ia adalah bagian terjauh dari emosi. Yang terlindung dan tersimpan di langit pikiran dan dataran hati. Air mata bisa pula menjelma sebagai putri dari keadilan, akan tetapi ia tidak dapat membebaskan kegusaran. Lantaran kegusaran umumnya menuntut sikap dan tindakan untuk memperbaiki kesalahan.
Sumber : http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/07/01/air-mata-sepak-bola/