Saya adalah seorang "anak film" di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Kegiatan kami adalah produksi film dan pelatihan-pelatihan. Saya pernah membahas mengenai film CIN(T)A yang berarti Antara Cina, Tuhan, dan Anissa. Saya melihat sesuatu "emas" dalam film tersebut. Saya mencantumkan sedikit berita tentang film tersebut.
Quote:
Originally Posted by KOMPAS.COM Dikutip dari kompas.com Industri Film Independen Indonesia Sembilan Matahari Film, salah satu divisi dari PT Sembilan Matahari bersama beberapa industri kreatif lainnya meluncurkan film yang berjudul Cin(t)a di National Film Theater, South Bank, Belvedere Rd, Greater London, Jumat 29 Mei mendatang. Peluncuran perdana internasional film Cin(t)a itu, merupakan film gagasan "Bandung Creative City Forum" (BCCF), demikian Adi Panuntun, CEO dan pendiri PT Sembilan Matahari kepada koresponden ANTARA London, Senin. Adi Panuntun yang tengah mengambil Master (S-2) di Newcastle upon Tyne, Inggris mengatakan bahwa tahun lalu ia berhasil menyelesaikan produksi film layar lebar berjudul Cin(T)a. Menurut Adi, film yang mengangkat cerita cinta yang berani dan belum pernah diceritakan film lain ini, mengajak anak muda Indonesia untuk mengembangkan independensi dalam produksi film. Menurut lulusan Desain Komunikasi Visual besar di Institut Teknologi Bandung (ITB), yang membuat perusahaan sendiri, film yang dibuatnya itu bercerita mengenai kisah cinta yang merupakan semangat dan seluruh kehidupan. Adi yang sejak masa sekolah aktif di Ganesha Televisi (GTV), televisi lokal di Kampus ITB, yang dikelola siswa, mengatakan, Cin(t)a merupakan kisah cinta segitiga antara seorang pria yang bernama Cina dan Annisa serta Tuhan (Allah). Dalam film tersebut, Annisa dan Cina menjalin kasih dan Allah mengasihi mereka, tetapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai, karena panggilan Allah mereka dengan nama yang berbeda. "Mengapa Anda membuat kami berbeda jika anda hanya ingin menjadi salah satu cara dalam menyembah?" tanya Annisa dalam film tersebut. Sementara itu Humas film Cin(t)a, Ardanti Andiarti, mengemukakan, sejak diluncurkannya fan page cin(T)a di "facebook" sebulan lalu, antusias calon penonton terhadap film ini cukup tinggi, termasuk dalam mendiskusikan topik-topik yang diberikan. Menurut Ardanti, film ini pun mulai ramai didiskusikan di beberapa forum seperti Kaskus, Forum Gaul, Detik Forum, Web Gaul, serta blog-blog. "Kami berharap, makin banyak orang yang mengetahui tentang film ini, menyaksikan, serta mendiskusikan tema yang kami angkat," katanya berharap. Selain peluncuran perdana internasional film Cin(t)a ini, juga akan digelar dibeberapa kota di kerjaaan Inggris seperti di Birmingham University, di Northumbria University, Newcastle, Leeds University, Leeds dan di Manchester University, Manchester. Selain itu, juga akan diputar di gedung School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London, Ardanti mengatakan, pemutaran perdana cin(T)a di London dan "roadshow" di beberapa kota tersebut atas permintaan dan dukungan penuh dari KBRI London, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) UK, dan Universitas-universitas di UK. Selain itu, untuk pemutaran di Tanah Air, Ardanti menuturkan bahwa saat ini mereka telah memperoleh "gentle agreement" dengan pihak Blitzmegaplex untuk untuk meluncurkan film tersebut pada bulan Agustus. Ada dua konsep pemutaran untuk di Indonesia yaitu di Blitzmegaplex, yang hanya ada di Jakarta dan Bandung dan "Roadshow" seperti yang dilakukan di Inggris. Menurut ardanti, Film Cin(T)a juga akan ditayangkan dengan konsep "roadshow" kampus dan komunitas budaya yang sifatnya masih terbatas pada pulau Jawa. Selain itu, juga digelar diskusi film serta "special performance" dari Homogenic, sebagai band indie pengisi "soundtrack" film cin(T)a ini. |
Nah, dari film ini kita dapat menarik kesimpulan seperti ini:
1. Yang kita sembah adalah Tuhan, bukan agama.
2. Toleransi beragama sangat kurang di negri kita yang dikatakan plural.
3. Kenapa kita seringkali bertengkar mengatasnamakan agama.
4. Tuhan kita tidak mengkehendaki sebuah pertikaian.
5. jadilah seorang yang berakhlak mulia, yaitu dengan pintar dalam beragama, pintar dalam pendidikan formal dan non formal, serta pintar dalam bertoleransi.
Pandangan saya sebagai seorang yang berkutat di dunia film:
1. Suatu film yang PINTAR.
2. Bisa membuat jalan cerita yang sangat hebat.
3. Adanya konflik bukan seperti sinetron, bahkan ada konflik kepada diri sendiri.
4. Pengambilan simbolisasi yang hebat.
5. DOP-nya setara dengan sutradara sekelas Upi Avianto dan Nayato F. Nualo.
6. Bisa jadi referensi sebagai orang Film.
Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?p=237143711