Selasa, 29 Juni 2010

Uniknya Kuliner Kuno dari Serat Centhini

Do you want to share?

Do you like this story?


Hari ini Gokiel Abiez berkata mengenai":TEPATNYA di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah warung sederhana terbuat dari bambu dengan luasan 2 x 2 meter.

Tidak ada meja makan, yang ada hanya kursi dari susunan bambu yang dipasang setinggi pinggul orang dewasa.

Tidak susah mencapai wa rung itu. Jika dari arah Kota Yogyakarta menyusuri Jalan Bantul, jalur tersebut akan mengantar kita ke Pasar Niten di kiri jalan raya.

Dari arah pasar itu, se kitar 200 meter ada tikungan ke kanan. Sejauh 50 meter dari tikungan akan terlihat jelas sebuah warung semipermanen.

Pemilik warung, Rohmiyati, 34, menjajakan menu tradisional yang cukup tenar di tahun 1814, yaitu tongseng/goreng bajing (tupai). Menu itu sudah ada sejak zaman dulu dan tertera dalam Serat Cen thini, naskah sastra yang menghimpun pengetahuan dan kebudayaan Jawa kuno. Selain itu ditawarkan juga tongseng emprit maupun codot.

Di Yogyakarta, menu seperti itu sempat dipopulerkan di Waroeng Dhahar Pulo Segaran. Warung itu merupakan bagian dari Tembi Rumah Budaya yang memiliki moto 'Masa Lalu Selalu Aktual'.

"Sekarang masakan tradisional itu sudah tidak lagi kita si apkan setiap hari. Hanya hari-hari tertentu saja karena alasan melindungi satwa," kata Manajer Pemasaran dan Penjualan Tembi Rumah Budaya, Sugihandono Kurniawan, baru-baru ini.

Serat Centhini merupakan serat termasyhur di kebudayaan Jawa. Serat itu dianggap sebagai ensiklopedi budaya. Mulai dari masalah keagamaan, seni musik, tarian, ramalan, nama-nama tempat di Jawa, tumbuhan, siklus kehidupan, erotisme, sulap, hingga nama makanan.

Karya Serat Centhini dibuat pada 1742 (tahun Jawa) dengan sengkalan Paksa Suci Sabda Ji atau 1814 (tahun Masehi).

Serat Centhini kini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dan Inggris. Naskah aslinya ada sekitar 6.000 halaman dan tersimpan di Perpustakaan Sana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta.

Dalam bagian naskah yang tertulis dalam bentuk tembang macapat itu merekam berbagai menu makanan dan minuman di zamannya.

Tidak kurang 400 jenis makanan tercatat, terdiri dari aneka nasi (40 jenis), aneka sayur (31 jenis), aneka sayur daging (33 jenis), lauk pauk (150-an jenis), aneka sambal (46 jenis), aneka minuman (20 jenis), dan aneka camilan (ada 70-an jenis).

Aneka nasi (sega) yang terekam antara lain sega bubur, sega pulen, sega waduk, sega liwet, sega londhoh.

Adapun aneka sayurnya antara lain gudeg, jangan asem kalenthang, jangan gori, dan jangan kluwih.

Pada makanan dan minuman yang ada di Serat Centhini tidak dijelaskan lebih rinci tentang cara pengolahan, bahan-bahan pokok, dan ramuan-ramuan yang dibutuhkan. Akan tetapi, sebagian makanan dan minuman masih sangat di kenali masyarakat sampai saat ini.

Cukup sulit mencari stok untuk menu kuliner unik seperti yang disajikan di warung Rohmiyati. Menu tongseng bajing yang dia tawarkan kadang tidak bisa sediakan setiap hari.

Tambah stamina

Setiap minggu rata-rata dia hanya bisa mencari 20 ba jing. "Bajing yang kita jual ini hasil berburu. Saya memperoleh stok dari penjual bajing yang berburu hingga daerah Kebumen, Jawa Tengah," ungkapnya sambil meracik bumbu tongseng.

Karena sulitnya mencari stok bajing itu, banyak pelanggan yang tidak kebagian. Sehingga sering kali pelanggan meninggalkan nomor ponsel dengan maksud agar diberi tahu ketika stok bajing sudah datang.

Satu porsi tongseng/goreng bajing dijual Rp20.000. "Peminat daging bajing cukup banyak. Tetapi mencari stoknya harus telaten. Bagi yang sudah pesan, kalau stok ada, langsung saya hubungi lewat layanan pesan singkat," katanya.

Salah satu pembeli tongseng bajing, Viktor Pranyoto, 35, mengungkapkan, ia pertama kali mengonsumsi daging bajing hanya karena penasaran.

Sebagian masyarakat meyakini daging bajing berkhasiat menambah stamina pria.

Daging bajing yang dikonsumsi teratur bisa membantu proses penyembuhan penderita diabetes, kanker, rematik, dan lever. "Saya beli daging bajing karena memang enak. Rasanya gurih," ungkapnya.

Daging tupai yang ditawarkan menarik sebagian masyarakat yang menginginkan menu berbeda. Makanan yang sem pat menjadi santapan masa lampau itu kini menjadi incaran pemburu kuliner eksentrik. (N-4)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/mediakuliner/index.php/read/2010/06/29/249/3/Kuliner-Kuno-dari-Serat-Centhini

YOU MIGHT ALSO LIKE

Advertisements

Advertisements